Inspiring People
Ajeng, Pebisnis Handal Multitalenta
Diajeng Lestari (29 Tahun), siapa yang tidak mengenalnya?
Tahukah anda pada HijUp.com, sebuah webstore khusus pakaian muslimah pertama dan terbesar di dunia..?? Dan wanita ini adalah pemiliknya!
Ajeng, begitulah ia biasa disapa. Wanita yang kini telah memiliki seorang putri bernama Laiqa (dan yang kemudian dijadikan nama dari majalah miliknya) memiliki seorang suami yang juga seorang pebisnis dengan sistem e-commerce. Zaky, yang merupakan suami Ajeng tersebut lah yang memiliki bukalapak.com, sebuah website yang menghimpun UMKM di Indonesia.
Dimasa mudanya, Ajeng yang beberapa waktu lalu berkesempatan menjadi 1 dari 6 pemuda muslim Indonesia terpilih untuk berdiskusi dengan PM Inggris ini, ternyata memiliki segudang kisah menarik dan tentunya inspiratif. Hasrat berbisnis telah lahir sedari Ajeng di bangku kuliah, “Segala macem aku jualin disaat kuliah, mulai dari jilbab, brownies, sampai pulsa..” kenang Ajeng yang saat itu sempat menjadi ‘pedagang’ berbagai macam barang karena kondisi keuangan keluarga yang sedang tidak menentu.

Ajeng bersama 5 pemuda terpilih lainnya saat berkesempatan bertemu dg PM Inggris membicarakan bagaimana komunitas pemuda Muslim Indonesia bertoleransi dan memberi dampak positif dalam bermasyarakat
Rasa keingintahuan yang besar dan pintar mencari peluang lah yang menyebabkan Ajeng kini sukses membawa HijUp nya. Nyatanya, sifat inipun telah hadir sejak Ajeng masih berkuliah di FISIP UI saat tahun 2004 lalu. Ia tercatat telah beberapa kali masuk dan sit in ke jurusan dan fakultas lain di kampusnya untuk sekedar mendengarkan materi dosen untuk menambah pengetahuannya “Sampai banyak mahasiswa lain yang dikelas tersebut (jurusan lain-red) yang merasa aku anak yang freak, hahaha”, cerita Ajeng.
Selain suka sit in untuk belajar di jurusan lain, Ajeng juga senang ikut di berbagai kegiatan kepemudaan untuk menambah pengetahuan, kolaborasi untuk kegiatan sosial, dan sebagainya. Segala macam training Ajeng ikuti, mulai jurnalistik sampai entrepreneurship.Salah satu yang paling berkesan adalah mengikuti Forum Indonesia Muda (FIM), sebuah lembaga pelatihan kepemimpinan berbasis karakter yang menghimpun aktivis mahasiswa se-Indonesia.Di FIM ini pula Ajeng pun bertemu dengan suaminya, Zaky.Saat itu sedang pelatihan FIM angkatan ke 6 sekitar tahun 2008, Ajeng yang merupakan panitia dan kebetulan menjadi fasilitator salah satu kelompok ternyata berisi salah satunya adalah Zaky, yang kala itu merupakan mahasiswa ITB.. Sejak saat itulah, “benih-benih cinta” pun bermunculan.
Nah.. Dari semua cerita menariknya, ternyata Ajeng memiliki kisah yang sangat menginspirasi.Saat semester akhir Ajeng mengambil pekerjaan sebagai Guru Bahasa Inggris di Sumatera Barat, tepatnya di Sijunjung.Disana Ajeng menemukan kondisi yang lebih sulit lagi dari yang biasa Ajeng hadapi di Jakarta. Jangankan perpustakaan yang layak, ada sekolah yang tidak punya kamar mandi / wc. Tak jarang pula ada anak yang bolos sekolah karena ingin mengambil getah karet yang satu mangkoknya seharga 7000 rupiah. “Segala pengalaman hidupku inilah yang membentuk kepribadianku sekarang..” kisah Ajeng.
Selepas menjadi sarjana Ilmu Politik dari Universitas Indonesia, Ajeng sempat bekerja di sebuah perusahaan survey. Pasca menikah, Ajeng pun didorong oleh suaminya yang merupakan lulusan Teknik Informatika ITB untuk merintis bisnis online dengan HijUp.com ini.

Ajeng dengan balutan Hinggi Cardi dari L’Mira Ethnique, sesaat sebelum mengisi talkshow “Stop Golput” sebagai wujud kontribusinya pada suasana politik nan positif, sebagaimana yang diperkuat oleh latar belakang ilmunya semasa kuliah
Yang pada mula nya HijUp.com memiliki 14 tenant saja, kini sudah ada lebih dari 200 tenant bernaung di bawah webstore HijUp.com. Tentunya ini adalah suatu peningkatan yang signifikan dalam waktu 4 tahun ini!
“Seru banget, mulai dari tahun pertama, awalnya semua sendiri, perjuangan yang jangan harap ada yang mau nemenin, kemana-mana juga naik angkot, bus, bajaj, belanja keperluan foto di pasar, mana becek nggak ada ojek… Hahahaha…”, kisah Ajeng. “Dulu kantornya masih 3 x 3 meter, disitu gudang, disitu admin, disitu cs, semua tumplek plek jadi satu”.Lanjutnya.

Salah satu review mengenai Ajeng dengan Hijupnya pada surat kabar berbahasa asing pada tahun 2012 lalu
Ditahun kedua, HijUp berkembang baik, tenant bertambah, tantangan bertambah, dan saat itu pulalah untuk pertama kalinya dibuat ajang pencarian model muslimah profesional, “Hijup Model Look”. Tahun ketiga pun akhirnya HijUp mulai mencari investor, karena perusahaan tumbuh semakin besar dan butuh cash lebih banyak untuk mantain growth, apalagi sudah mulai ada pesaing di bisnis yang sejenis. “Aku ke beberapa investor sering ditolak, ada yang pernah menolak dan meragukan aku pribadi karena dianggap nggak akan bisa fokus, karena waktu meeting bawa anak…”
Namun Ajeng pantang menyerah, akhirnya HijUp sukses mendapatkan investor pertama yaitu Skystar, 500startup, dan Fenox, dan saat itu HijUp pun dibantu oleh sepupunya yang kini menjadi nahkoda untuk mengendalikan arah perusahaan. Dan berbicara mengenai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, bersama HijUp, kini Ajeng sudah memiliki 140 karyawan, satu hal yang juga disyukurinya.
L’Mira Ethnique, yang merupakan salah satu dari 11 premium brand di HijUp, tak dinyana memiliki kesan tersendiri bagi Ajeng. Jetc Elmir yang merupakan desainer dari L’Mira ini, merupakan teman baik Ajeng sejak masa kuliah dulu, yang juga dipertemukan di Forum Indonesia Muda IV pada tahun 2005 lalu, saat mereka masih sama-sama berstatus sebagai mahasiswa.

Foto Jetc dan Ajeng, 2010 dan 2014. Saat sebelum dan sesudah bertemu kembali sebagai partner bisnis di L’Mira dan Hijup
Tak dapat dipungkiri, Ajeng merupakan salah satu orang yang paling mendorong Jetc untuk bisa membangun L’Mira Ethnique. “L’Mira itu merupakan brand yang sangat kuat idealismenya dalam memperjuangkan kain lokal Indonesia. Bagus banget, karena selain memperkenalkan identitas bangsa, kita harus bangga dengan budaya kita sendiri”, kata Ajeng.
Ajeng pun memiliki kesan tersendiri untuk kain tradisional Indonesia, “Unique selling point kain tradisional Indonesia adalah originalitasnya, tentunya dengan catatan kita harus bisa menjaga kualitasnya. Prospeknya semakin kesini semakin baik, apalagi kalau bisa diadaptasikan dalam desain produk yang kontemporer”, tutup Ajeng. (MBE)
Leave a reply